Senin, 14 Juni 2010

Batik Karimun Bidik Pasar Internasional

KARIMUN- Salah satu produk home industri jenis batik berciri khas Kabupaten Karimun, bakal merambah pasaran di Provinsi Kepri, bahkan ke pasar Internasional. Fasilitator pengrajin batik di Kelurahan Tebing Kecamatan Tebing, Suwardi ditemui di lokasi pembuatan batiknya mengatakan, untuk menciptakan ciri khas Kabupaten Karimun, motif batik yang ditonjolkan adalah jenis daun sukun, bunga raya, sampan layar, udang dan sotong (cumi-red).

Hal tersebut kata Suwardi merupakan tema kusus yang bercirikan wilayah kepulauan di Kabupaten Karimun, yang dikerjakan hanya lima orang tenaga, diantaranya Mukrin, Sandi, Raja Aminah, Khairani dan Bambang.

"Satu bahan yang dikerjakan membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Itu untuk jenis cap, dan hasil jadinya untuk sementara dipasarkan hanya di sekitar Karimun saja dengan sasaran pasarnya adalah pegawai Pemkab Karimun. Setelah itu baru akan kita coba memasarkan di toko-toko," kata Suwardi, Jumat (11/6).

Kain yang digunakan untuk membatik dari jenis kain mori dan primisima, yang dipesan dari Jakarta dan Yogjakarta, termasuk seluruh perlengkapan mulai dari bahan pewarna, alat cap, motif bisa dikatakan secara keseluruhan berasal dari dua kota tersebut. Dimana di seluruh daerah Kepri belum ada dijual perlengkapannya.

"Dalam satu hari bisa menghasilkan sekitar enam lembar batik. Itu jika dikerjakan mulai dari pukul 10.00 WIB hingga 15.00 WIB, dan harganya juga bervariasi, tergantung motif dan warna. Mulai dari yang paling murah Rp125 ribu hingga yang paling mahal yaitu Rp350 ribu. Motif yang paling diminati sampai saat ini adalah daun sukun dan bunga ros. Sampai saat ini sudah banyak pelanggan yang membeli lebih dari satu batik," terang Suwardi.

Alasan Suwardi untuk menekuni kerajinan batik tersebut adalah guna menciptakan ciri khas batik di Kepri secara umum dan Kabupaten Karimun khusunya. Seperti di Pulau Jawa, ciri khas batik mereka rata-rata bermotif keris, sehingga ia termotivasi untuk membuat ciri khas Kabupaten Karimun dari batik.

"Usaha ini kami tekuni baru hampir satu bulan, namun merintisnya sudah setengah tahun, sejak adanya pelatihan membatik yang diadakan oleh Kanpora Kabupaten Karimun pada awal tahun ini. Dan hal ini kami geluti tanpa ada bantuan modal dari Pemda Karimun," ujarnya.

Sampai saat ini kata dia, ia secara bergotong royong mencari modal bersama-sama. Diperkirakan sudah menghabisakan dana sekitar Rp30 juta, mulai dari membeli peralatan, bahan dan sebagainya.

Peran Pemda juga turut mendukung dari usaha batiknya tersebut, dengan mengirimkan beberapa orang tenaga untuk dilatih membatik ke Yogyakarta pada beberpa bulan lalu. Namun demikian dirasa masih belum memenuhi standar membatik yang berkualitas, pasalnya pelatihan yang dibiayai oleh Pemda hanya tingkat dasar dan menengah.

"Harapan kami ke depan agar Pemda mau memberikan pelatihan membatik untuk tingkatan mahir, sehingga akan menciptakan kualitas batik asal Kabupaten Karimun yang berkualitas, dan mampu menembus pasaran sampai ke negara tetangga Singapura dan Malaysia," harap Suwardi.

Dalam pertengahan Juni ini tepatnya tanggal 15, Suwardi beserta rekan-rekannya akan mengikuti sayembara batik Provinsi Kepri, memperebutkan total hadiah puluhan juta rupiah, yang tempat pelaksanaannya akan digelar di Batam. Hasil karya yang dianggap terbaik akan menjadi trade mark Provinsi Kepri.(sm/27)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar